Profil Pesantren



Sejarah Pondok Pesantren Mahad Darut Tauhid Buker (MADAR)

Pondok Pesantren Mahad Darut Tauhid Buker (MADAR) adalah lembaga pendidikan salaf yang fokus pada pembekalan akidah, syariah, dan akhlak ala Ahlussunnah wal Jamaah. Pesantren ini didirikan oleh KH. Qosim Asy’ari pada tahun 1996 M / 1416 H, dengan tujuan mencetak santri menjadi Ibadillah as-Shalihin.

Pondok ini berlokasi di Jl. KH. Asy’ari, Dusun Buker, Desa Karanganyar, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur.

Pada awal berdirinya, pondok ini bernama Pondok Pesantren Darul Musthofa (DM). Saat itu, banyak santri berasal dari luar pulau, termasuk dari Sampit dan Pontianak. Namun, pondok sempat tidak menerima pendaftaran santri baru dalam waktu yang cukup lama karena kekurangan pengajar.

Baru kemudian pondok dibuka kembali dengan wajah baru, direvitalisasi pada hari Rabu, 3 Agustus 2022, menjadi Mahad Darut Tauhid Buker (MADAR). Revitalisasi ini mendapat dukungan dari para ulama Madura, antara lain Abuya KH. Ali Karror Sinhaji.



Sejak awal berdirinya, MADAR berkomitmen mencetak santri yang:

1.      Menjaga akhlak (Tazkiyatun Nafs): sesuai ajaran Al-Qur’an dan Hadis, sehingga santri menjadi pribadi yang mulia, sopan, dan terpuji dalam tutur kata maupun perbuatan.

2.      Berilmu dan beramal (Tahshilul Ulum): senantiasa menuntut ilmu dengan tekun dan mengamalkannya melalui ibadah serta kebaikan nyata dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ilmu yang diperoleh bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.

3.      Amar ma’ruf nahi munkar (Dakwah Ilallah): mampu mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran di lingkungan sekitar dengan cara yang bijak, sehingga menjadi contoh teladan bagi umat.

Pondok ini berfokus pada pendidikan yang terstruktur melalui lima dasar utama, yaitu:

1.      Mu’ahadah: membuat janji dan komitmen terhadap Allah SWT untuk taat menjalankan perintah-Nya.

2.      Mujahadah: berjuang dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu serta mengendalikan hawa nafsu.

3.      Muroqobah: merasa selalu diawasi oleh Allah SWT sehingga dengan kesadaran ini mendorong manusia senantiasa rajin melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

4.      Muhasabah: melakukan evaluasi diri secara rutin untuk menilai amal perbuatan baik maupun buruk.

5.      Mu’aqobah: pemberian sanksi terhadap diri sendiri; apabila melakukan kesalahan atau sesuatu yang bersifat dosa, santri segera menebusnya dengan amal yang lebih.

MADAR juga menekankan program-program pendidikan khusus, antara lain:

·         Attanzil: metode cepat membaca Al-Qur’an dengan fokus pada kemudahan pemahaman huruf, bacaan, tajwid, dan makhraj, agar santri dapat membaca Al-Qur’an dengan cepat dan benar.

·         Nubdzatul Bayan: mengacu pada kitab gramatika bahasa Arab yang populer. Metode ini berfokus pada dasar-dasar bahasa Arab untuk memahami kitab-kitab kuning secara sistematis, ringkas, dan praktis, sering digunakan untuk akselerasi baca kitab kuning di pondok pesantren.

·         Takhossus Kitab Kuning: program khusus untuk mendalami dan memahami kitab-kitab klasik Islam secara intensif, termasuk fiqh, tasawuf, dan ilmu-ilmu keagamaan lainnya, ditujukan bagi santri yang ingin meningkatkan kemampuan kajiannya.

Untuk memperkaya pengalaman belajar, MADAR menyediakan kegiatan ekstrakurikuler, yaitu:

1.       Hadrah: seni spiritual Islami melalui lantunan dzikir dan shalawat.

2.       Bahasa Arab: penguasaan bahasa Arab untuk mendukung studi agama dan komunikasi.

3.       Teknologi: pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi sebagai pendukung pendidikan modern.

Dengan pondasi pendidikan yang kuat dan kegiatan yang terstruktur, MADAR terus mencetak santri yang berakhlak mulia, berilmu, beramal, dan mampu amar ma’ruf nahi munkar, sesuai visi pendiri KH. Qosim Asy’ari, beserta keluarga dan para asatidz yang mendampingi.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan Dakwah K.H. Qosim Asy’ari yang unik dan inspiratif ala Wali Songo

Wisuda Perdana Program Attanzil Ma’had Darut Tauhid Buker (MADAR) Berjalan Khidmat dan Meriah

Lora Ismail Qosim, Putra Pengasuh KH. Qosim Asy’ari, Kembali ke Madar Setelah Dua Tahun Menuntut Ilmu di Kota Tarim